LEKSIKON BIAS JENDER



A.    PENDAHULUAN
1.      LATAR BELAKANG
Bahasa merefleksikan cara pandang manusia terhadap dunianya, tulisan ini bertujuan untuk mengkaji hubungan leksikon bias jender dengan cara pandang masyarakat Arab terhadapnya. Data diambil dari Kamus al-Munawwir Arab Indonesia Terlengkap Tahun 1997, Cetakan ke-14, Edisi Kedua, Terbitan Putaka Proggresif Surabaya,. Dengan menggunakan hipotesis Saphir dan Worth ditemukan bahwa leksikon bias jender feminim. Di samping itu, munculnya cara pandang ini juga didukung oleh faktor-faktor sisio-kultural masyarakat Arab.
2.      RUMUSAN MASALAH
Kaitan antara bahasa dan budaya ?
Pandangan terhadap beberapa system yang dianut ?
Apakah bisa disebut leksikon bahasa mencerminkan budaya suatu masyarakat ?




3.      TUJUAN
Memberikan dekskripsi singkat mengenai cara pandang masyarakat Arab terhadap persoalan jender dan faktor-faktor yang mempengaruhinya
4.      MANFAAT
Mengetahui cara pandang masyarakat Arab terhadap persoalan jender dan faktor-faktor yang melatarbelakangi Munculnya leksikon bias Bias Jender.

                                                                                       







B.     PEMBAHASAN
1.      PENELITIAN TERDAHULU
DEFINISI ETIMOLOGIS
Bahasa Arab yang memiliki 30 leksikon untuk kata unta berpenyakitan dan  baha Jawa yang hanya memiliki 1 leksikon dalam ranah yang sama menggambarkan bahwa unta dalam budaya, Arab sangatlah penting dan diperhatikan. Unta  menjadi lambing kehormatan, kemakmuran, persahabatan, dan tradisi. Karenanya leksikon untuk kata unta menjadi banyak (Gunawan, 2004: 62-63)

Secara terminologi, gender digunakan untuk menandai perbedaan segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat dengan perbedaan seksual (Illich, 1998:43-58). Perbedaan yang dimaksud termasuk di dalamnya adalah bahasa, tingkah laku, pikiran, makanan, ruang, waktu, harta milik, tabu, teknologi, media massa, mode, pendidikan, profesi, alat-alat produksi, dan alat rumah tangga (Dzuhayatin, 1998:11).


2.      DEFINISI KONSEPTUAL
Gender secara leksikon merupakan identitas atau penggolongan gramatikal yang berfungsi mengklasifikasikan suatu benda pada kelompok-kelompoknya. penggolongan ini secara garis besar berhubungan dengan dua jenis kelamin, maisng-masing sering merumuskan dengan kategori feminin dan maskulin (Sprenger, Dubel 1999). Klasifikasi atau penggolongan ini banyak ditemukan dalam kelompok bahsa eropa dan sebagian Asia (Dzumayatin, 1998a: 11).

Pandangan whorf (carrol, 1956) orang-orang inuit, yang dahulu dikenal sebagai orang Eskimo, karena kehidupannya, merasa perlu untuk membeda-bedakan salju yang bentuknya bermacam-macam dengan kosa kata yang berbeda-beda. Sehingga dalam bahasa Inuit ada kata-kata untuk salju di tanah, salju keras di tanah, bongkahan salju,

Jika dilanjutkan, kata achshana ini secara khusus lebih terkait dengan persoalan memelihara kemaluan, sebagai mana dalam surat al-Anbiya (21):91 dan an-Nisa (4):24. Dengan kata lain objek dari kata tersebut terkait dengan kemaluan “farj”. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa yang dijaga dan dipelihara oleh laki-laki sebagai suaminya dalam konteks kata ini bukan wanita itu sendiri, tetapi lebih pada organ seksual wanita yang menjadi milik suaminya secara ekslusif (Nahdiyyin, 2006:97)

Faktor peperangan antar suku yang disebabkan karena perebutan mata air, ternak, dan perempuan merupakan faktor lain yang mendukung yang terlibat dalam peperangan adalah laki-laki. Karenanya, besar kecilnya oasis yang menentukan oleh besar kecilnya oasis, karenanya, besar kecilnya oasis juga menentukan besar kecilnya oasis oleh laki-laki yang kuat, kekar dan besar, pandai dan bijak, dll. (Umar,2001).

Kegemaran masyarakat Arab terhadap perang melahirkan struktur sosial, seperti bangsawan, mawali dan budak. Bangsawan adalah struktur tertinggi karena tergolong kaum ningrat seperti bani hasyim (Zaid, 1999).

System kekeluargaan  masyarakat Arab pra islam dan awal islam dibedakan atas lima bentuk, kabilah, subkabilah, suku, keluarga luas dan keluarga inti (Sharabi, 1988)

Masyarakat yang menghuni daerah yang berdekatan dengan laut, pantai timur dan selatan, bersistem keluarga inti. Sementara kelompok masyarakat pedesaan, yaitu daerah-daerah penyangga di pinggiran padang pasir dihuni keluarga luas (Umar, 2001).

3.      METODE PENELITIAN
Metode yang diguanakan adalah menggunakan metode study pustaka
dan dalam penelitian pula membicarakan leksikon bias jender dalam kamus bahsa Arab Al-Munawwir.
C.    PENUTUP
Ada keterkaitan antara bahasa dan budaya sehubungan dengan itu leksikon bahasa menggambarkan budaya suatu masyarakat. Upaya eksploitasi, viktimasi, domestisasi, dan marginalisasi terhadap kaum perempuan. Dalam masyarakat Arab masih memegang system patriarki yang sangat kuat.

DAFTAR PUSTAKA
Kamus Al- Munawwir Arab Indonesia Terlengkap Tahun 1997, Cetakan ke-14. Edisi kedua, Pustaka Progresif Surabaya,.




0 comments:

Post a Comment

Tentang Blog

dibuat untuk memenuhi persyaratan ujian final test
Powered by Blogger.